Mengenal Kebudayaan Penti/Hgan Woza di Kampung Bungan, Desa Mbengan, Kec.Kota Komba, Manggarai Timur, NTT.



Selamat Pagi, Selamat Siang, Selamat Sore dan Selamat Malam, silahkan anda pilih sesuai dengan kapan anda membaca tulisan ini. Kali ini saya akan memberikan sedikit perkenalan tentang Kebudayaan Penti/Hgan Woza di Kampung Bungan, Desa Mbengan, Kec.Kota Komba, Manggarai Timur, NTT.
Sebagai suatu kelompok Masyrakat, setiap Suku di Bungan memiliki kebiasaan yang bernilai tertentu. Kebiasaan itu telah diwariskan secara turun temurun, hal itu bisa kita katakan sebagai kebudayaan. Salah satu budaya di Bungan adalah budaya syukuran yang diungkapkan dalam suatu upacara meriah yaitu Hgan Woza, begitulah masyarakat Bungan menamai upacara syukuran ini.
Upacara syukuran ini (Hgan Woza) merupakan upacara syukuran kepada Mori Ngara’n (Allah Yang Maha Esa) dan kepada Wura Seki (Para Leluhur) atas semua hasil jeri payah yang telah diperoleh dan dinikmati oleh masyarakat Bungan, upacara ini juga merupakan sebagai tanda pergantian tahun/musim (Lehga Kiwan).
Upacara ini dilaksanakan setelah musim panen rampung (sekitar bulan Juli-Sepember). Upacara ini dilakukan setiap tahun dimana masyarakat Bungan meyakini jika upacara ini tidak dilakukan maka para Leluhur akan marah dan jika hal itu terjadi maka akan ada bencana yang menimpah masyarakat setempat.
Upacara Hgan Woza dilaksanakan dalam satu hari (24 Jam). Susunan upcara ini adalah: pada pagi hari, semua masyarakat setempat dibawah pimpinan Tu’a Teno (Kepala Kampung) mengadakan upacara ‘tapa manuk nagan le’ agu nagan lau’ yaitu upacara sesajian kepada Leluhur yang dilaksanakan di dua titik yang telah ditetapkan sebelumnya, oleh masyrakat setempat biasa menyebutnya dengan nama ‘Nagan’ (Batas Wilayah/Kampung). Setelah upacara ini rampung, dilanjutkan dengan upacara ‘Ronda’ atau dalam Bahasa Manggarai Raya disebut Caci, namun upacara Caci di Bungan tidak dilaksanakan setiap tahun, biasanya 3 (tiga) tahun sekali atau jika ada persetujuan dari kepala kampung (Tu’a Teno). Setelah itu pada malam hari semua suku diwajibkan untuk mengadakan upacara sesajian di rumah adat masing-masing (Tu’a Wua’). Setelah itu semua masyrakat mengikuti upacara sesajian di tengah kampung yaitu dengan menyembeli seekor Babi dan Ayam Jantan berwarna putih/merah, bertanda bahwah masyrakat setempat melakukan ucapan syukuran kepada Allah Maha Pencipta dan kepada Para Leluhur. Kemudian dilanjutkan dengan upacara Danding. Dnding merupakan nyanyian yang disertai tarian adat, upacara Danding ini dilakukan sampai pagi hari, bertepatan dengan Matahari Terbit.

Ok gaeess….sekian saja dari saya, semoga bermanfaat, kurang dan lebihnya saya mohon maaf,

jika ada sumur di ladang, boleh kita menumpang mandi,
jika ada jarum yang patah, jangan simpan didalam peti.
Jika ada umurku panjang, boleh kita berjumpa lagi
Jika ada kata yang salah, jangan simpan di dalam hati.

Akhirnya saya Zoo_Lee mohon pamit.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL DAUN SENGGANI “Saung Ndusuk” SAYUR KHAS ADAT ORANG MANGGARAI

"RATAPAN" By: Zoo_Lee